Minggu, 06 Juni 2010

dakwah adalah kemampuan yang harus di asah

Sering kita menemukan seorang kader dakwah yang tidak bisa mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Dia baik, tapi tidak bisa menebar kebaikan pada lingkungannya. Dia shaleh, tapi dia tidak bisa menshalehkan orang-orang di sekitarnya.

Kita sering menemukan seorang kader dakwah yang tidak bisa mempengaruhi perilaku buruk kawannya. Bukan karena dia tidak tahu itu buruk, bukan pula karena dia takut memberi peringatan. Tetapi sering kali alasannya simpel, dia tidak tahu bagaimana melakukannya.

Mungkin di antara kejadian berikut sering terjadi di antara kita.

  1. Di waktu shubuh, kita terbangun dan berangkat menuju Masjid untuk shalat berjamaah. Namun kita tidak membangunkan orang yang kamarnya berada di samping kita. Pun kita juga tidak membangunkan bapak kos kita, misalnya, untuk mengajak bersama-sama ke Masjid.
  2. Di waktu ujian, ada teman kita menyontek. Kita tahu mereka menyontek, bahkan kita tahu sejak sebelum mereka menyontek, karena dia sudah menyatakannya demikian. Kita tidak menegurnya.
  3. Di kelas, ada kawan wanita kita yang mengenakan pakaian tidak wajar karena terlalu banyak membuka auratnya. Kita hanya bisa membuang pandangan, dan tak melakukan apa-apa lagi.

Pada peristiwa pertama, kita tidak membangunkan serta mengajak orang-orang di sekitar kita untuk pergi ke Masjid, bukan karena tidak mau. Bukan pula karena takut. Apalagi hanya karena kita tidak tahu besarnya pahala mengajak orang lain shalat Shubuh berjamaah di Masjid. Kita hanya tidak tahu bagaimana caranya, bagaimana mengatakannya, bagaimana mengajaknya. Kita tidak tahu bagaimana harus bersikap ketika orang yang kita ajak berkilah dan menolak ajakan kita. Atau mungkin kita bahkan mengkhawatirkan pendapat mereka tentang kita, karena sudah mengganggu waktu tidurnya.

Pada peristiwa kedua, mungkin kita menegurnya khawatir pertemanan yang sudah dijalin selama ini retak karena teguran kita. Atau mungkin kita khawatir disebut sok suci karena melarang dia mencontek. Atau mungkin karena kita khawatir dijauhi olehnya dan oleh teman yang lain karena dianggap sok pinter sendiri. Yang pasti, bukan karena kita tidak tahu bahwa mencontek adalah sebuah kebohongan, cikal bakal perilaku korupsi, dan dalam konteks kampus dianggap kriminal.

Pada peristiwa ketiga, mungkin kita tidak menegurnya hanya karena tidak kenal dekat. Atau karena takut dianggap kuno dan kolot karena tidak mengikuti perkembangan jaman. Atau mungkin karena kita takut dengan pacarnya yang juga sahabat kita. Atau mungkin hanya karena kita tidak bisa berkomunikasi dengan para cewek gaul seperti itu? Yang pasti, bukan karena kita tidak tahu bagaimana Islam menyuruh muslimahnya berbusana, serta norma berpakaian secara umum.

Kejadian-kejadian seperti ini sering terjadi di antara kita. Saya pribadi menyebut fenomena seperti ini sebagai “kader dakwah tak berdaya”. Dia ada, dia tahu, tapi dia tidak melakukannya. Penyebabnya bisa sangat banyak. Di antara yang sering terjadi adalah karena tidak terbiasa melakukannya. Kita tidak terbiasa mengkritik sebuah kesalahan yang terjadi di sekitar kita. Kita tidak peka pada sesuatu yang salah yang terjadi di hadapan kita.

Padahal, ikhwah sekalian, ketika kita bisa melakukannya, kita semua sudah tahu betapa besar pahalanya. Pahala menolak keburukan, pahala menyuruh pada kebaikan, pahala yang di-clone dari orang yang kita tegur ketika dia menuruti perkataan kita, dan lain sebagainya. Kita semua sudah tahu bahwa pahala dakwah begitu tinggi. Tak ada perkataan yang lebih baik dari pada dakwah.

Lantas bagaimana solusinya?

Solusinya sederhana. Pertama, eratkan ikatanmu pada Sang Maha Kuasa yang nikmatnya sangat besar sekaligus azabnya sangat pedih. Kedua, latih kepekaan anda pada situasi yang-seharusnya-terjadi dan seharusnya-tidak-terjadi. Pastikan anda benar-benar memahami bahwa suatu kondisi, memang benar harus terjadi, dan juga bahwa kondisi lain memang benar tidak boleh terjadi. Pastikan bahwa anda memahami bahwa shalat Shubuh sebaiknya dilaksanakan berjamaah di Masjid, menyontek harus dijauhi, dan berpakaian haruslah sesuai dengan aturan dan norma.

Ketiga, jadikan hal-hal tadi pertanyaan dan pernyataan dalam hati anda yang kemudian akan menggelitik anda untuk senantiasa menempatkan semua pada tempatnya. Yang seharusnya dilakukan, harus dilakukan. Begitu juga, yang seharusnya tidak dilakukan, harus tidak dilakukan.

Keempat, mulailah realisasikan perasaan tergelitik anda tersebut. Mulailah mengajak orang-orang disekitar anda untuk shalat shubuh berjamaah di Masjid, untuk tidak menyontek, dan tidak berpakaian sembarangan. Jangan bosan untuk mencoba cara lain, jika cara yang pertama tidak pas.

Kelima, percayalah bahwa kalian sedang menyatakan kebenaran, dan kalian juga sedang menyatakan cinta dan kasih sayang pada orang yang kita ajak dan tegur. Kita tidak menegur dan melarang mereka karena sikap benci dan marah kita. Kita benar-benar mengajak untuk kebaikan mereka.

Keenam, selalu tawakkal pada Allah tentang hasil akhirnya. Karena kita harus yakin bahwa hidayah itu dari Allah. Hanya Dia saja yang berhak memberikannya, pada siapa pun yang Dia kehendaki saja. Dan tetap husnuzhan padaNya, bahwa Dia akan senantiasa adil pada hamba-hambanya.

Selamat berdakwah.(fathiiiii)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar